Miras, Teras dan Oplosan
Oleh, Zuzan Crystalia Griapon
Ketika mendengar kata Miras, apa yang anda pikirkan dan bayangkan?
Bagi orang yang tak pernah mengonsumsinya, pasti akan berpikir, itu
adalah minuman paling berbahaya yang pastinya akan merusak tubuh kita.
Begitu juga dengan orang yang sering mengonsumsinya, pasti akan berpikir
itu adalah minuman yang mampu menyegarkan tubuh, minuman penyegar pikiran, minuman
kebutuhan, dan bermacam-macam alasan.
Kalau anda hanya mengetahui hanya itu saja, berarti anda hanya salah
satu atau salah lebih yang hanya ikut-ikutan keramaian tanpa mengetahui efek
jerah dari Miras tersebut. Bukan begitu?
Sekarang anda harus mengetahuinya. Miras, merupakan kepanjangan dari
Minuman Keras. Masyarakat kita pada umumnya sering mengonsumsi Miras, entah
secara sadar maupun tidak sadar. Dalam arti bahwa, secara sadar itu, sudah
mengetahui memiliki efek yang berbahaya tetapi mau dan terus ingin untuk
mengonsumsinya. Juga tidak sadar kalau efeknya terlalu berbahaya untuk tubuh
kita, malah kita terus kecanduan untuk mengonsumsinya.
Yang jelas, Miras adalah minuman yang beralkohol. Terus, apakah anda
tahu minuman beralkohol itu?
Perlu anda ketahui, Miras atau minuman beralkohol dalam disiplin Ilmu
Kimia dikaitan dengan senyawa-senyawa organik yang beralkohol.
Alkohol. Alkohol memiliki banyak kegunaan seperti antiseptik, pelarut
larutan polar, merelaxkan saraf tubuh makhluk hidup, dan lain sebagainya.
Tetapi tergantung pada konsentrasi dan kebutuhan menggunakan alkohol tersebut.
Kalau konsentrasi, itu berkaitan dengan zat pelarut dan terlarut. Semakin
besar konsentrasi maka semakin banyak partikel zat yang terlarut, dibanding zat
pelarut dalam larutan tersebut. Begitupun sebaliknya. Misalnya alkhol 70%
berarti dalam 100 mL larutan, alkhol (zat terlarut) sebanyak 70 mL dan 30 mL
zat pelarut. Aquadest, misalnya.
Nah, pada penggunaannya, alkohol harus sesuai dengan takaran. Jika
tidak, dapat menyebabkan iritasi kulit, misal kulit terbakar atau jika
dikonsumsi dalam tubuh berarti kerusakan pada organ tubuh akan terjadi.
Sedangkan kebutuhan Miras berkaitan dengan penggunaannya. Alkohol
merupakan jenis senyawa polar. Sehingga dalam Ilmu Kimia ada istilah Solve
like solve and dissolve like dislove diartikan yang polar suka polar dan
non polar suka non polar.
Hal di atas mesti menjadi pelajaran penting bagi orang awam. Jika
hendak mencampurkan atau menambahkan sesuatu (pelarut/terlarut) pada alkohol
supaya terlarut, perlu dilihat sifat atau karakter dari pelarut tersebut,
apalagi kegunaannya untuk dikonsumsi oleh manusia atau binatang.
Biasanya, orang awam mencampurkan zat-zat tertentu untuk menjadi
suatu campuran tanpa ada takaran standar yang lolos uji coba. Nah, mencampur
tanpa ada takaran standar dalam uji coba ini yang biasa kita kenal dengan istilah
Oplosan.
Sekarang coba kita tengok dan lihat di kehidupan sekitar kita!
Mengonsumsi Miras sudah dijadikan budaya bagi beberapa lapisan
masyarakat, mulai dari usia anak, usia remaja, usia muda sampai usia tua. Tergantung
Miras apa yang ingin untuk dikonsumsi, misal Bir Bintang, Cap Tikus, Robinzon,
atau yang lainnya.
Tetapi ingat, yang paling penting dan perlu untuk dipahami disini adalah
ketika kita mau mengonsumsi Miras. Sangatlah penting untuk kita pilih dan
pertimbangkan sebelum kita mengonsumsinya. Karena ingat, anda salah pilih tanpa
mempertimbangkan atau asal-asal mengonsumsinya, maka anda sudah siapkan diri
anda untuk tak ada di dunia ini.
Sekarang Teras. Teras merupakan singkatan dari Terlanjut Rakus.
Rakus akan sesuatu bukanlah hal yang baru bagi manusia. Rakus
berkaitan dengan nafsu. Nafsu yang
berlebihan menyebakan keracunan keinginan sehingga tiba pada tingkatan yang
namanya Rakus itu.
Jika sudah pada tingkatan rakus, maka hampir semua hal dapat
dilakukan untuk memenuhi keinginan tersebut.
Hal yang lebih mengerikan adalah Miras, Teras karena Oplosan.
Miris. Mungkin karena pemikiran orang awan masih terlalu sempit
mengenai Miras dan Miras oplosan sehingga pemilihan Miras tidak dilakukan
dengan selektif oleh penggunanya.
Apalagi jika sudah terlanjur Teras Miras, maka apapun dilakukan hanya
untuk kebutuhan mabuk-mabukan.
Mabuk sebenarnya bersifat relative, misal mabuk cinta, mabuk angin,
mabuk laut, hingga mabuk Miras. Tapi
yang mabuk Miras ini yang menjadi persoalan.
Lihat saja, tren anak mudah sekarang. Jalan berkelompok dan mengukur
jumlah uang masing-masing. Mau kemana? Tak lain hanya pergi Miras. Ini rill dan
sering sekali terjadi pada masyarakat kita sendiri.
Sangat disayangkan, 24 korban yang di antaranya ada beberapa
mahasiswa Papua, karena Miras oplosan di Yogyakarta.
Diakui oleh pengoplos bahwa alkohol 96% langsung dicampurkan dengan
sari buah untuk menjadi larutan yang siap dikonsumsi pencari Miras murah.
Bayangkan, seperti yang sudah saya jelaskan di atas, 96% alkohol dan
sari buah! Bagaimana tidak merusak tubuh kita? Apa lagi keduanya memikiki dua larutan
yang bedah!
Yang jelas bahwa, antara sari buah dan alkohol 96% tak jauh bedah
ketika kita mau mengonsimsi racun kadar tinggi. Dan itu kita siap untuk menyerahkan
diri kita untuk tidak ada di bumi ini.
Terakhirnya, bahwa satu hal yang perlu dipahami bahwa terkadang
Teras Miras membuat kita jatuh dilobang yang sama, kehancuran, apalagi sudah
Miras, Teras sampai Oplosan peluang jatuh ke lobang tanah akan lebih besar.
Maka, penting untuk kita jaga diri masing-masing dan jaga saudara
kita sendiri dari bahaya Miras, Teras hingga Oplosan.
benr ibu
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusmantap. akan tetapi, mohon dijawab kalimat "mengonsumsi miras sudah dijadikan BUDAYA bagi beberapa lapisan masyarakat" apakah masyarakat papua atau umumnya indonesia?
BalasHapusbudaya "beberapa lapisan masyarakat di tanah papua" tidak mengenal MIRAS. hadirnya MIRAS merupakan BUDAYA TERAPAN yang datangnya dari luar. MIRAS bukan kebiasaan yang di turunkan dari nenek moyang lapisan masyarakat tersebut.
Mantap susan,
BalasHapusTulisanmu bagus
Tingkatkan lagi dan ditunggu tulisan2 berikutnya ☺😊😀
siap syng
HapusMantap skali tulisannya saudariku, maknanya padat.
BalasHapusSaya berharap generasi Papua berhenti Miras, karena itu bukan budaya Papua tetapi menjadi kebiasaan yang buruk.
BalasHapus